Pengantar
Ilmu Farmasi
“SALEP/UNGUENTA”
Disusun
Oleh :
-Allysa
Finolawati
Kelas
: X Farmasi
Pembimbing
: bpk. Jusep Setyadi,S.farm, Apt
SMK
KESEHATAN Bhakti Insani
Tahun Ajaran 2014-2015
Jl. Raya Sawangan No.51 PancoranMas
Kota Depok
Tlp. (021)71699992, 087873440556,
081382079107
Daftar
Isi
halaman
Cover
makalah
1
Daftar isi
2
1. Pengertian salep
3
2. Fungsi salep
4
3. Sifat-sifat salep
5
4. Kualitas dasar salep
6
5. Penggolongan salep
7
6. Bahan dasar salep 9
7. Cara pembuatan
12
8. Metode pembuatan salep 16
9. Keuntungan salep
21
10.
Pastae
(pasta) 21
11.
Creamos
(krim)
22
12.
Gel
(jelly)
23
Daftar
pustaka 24
1. Pengertian Salep
• Menurut
Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat berupa massa
lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar.
• Menurut
farmakope edisi IV: sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical
pada kulit atau selaput lendir.
• Menurut
DOM Salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran
dilatan yang penting.
• Menurut
Scoville’s salep terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental
dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan
menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan.
• Menurut
Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan,
umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk
melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh berbau
tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung
obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).Kerugian salep misalnya
pada salep basis hidrokarbon sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda
pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari
permukaan kulit.
Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah
terhadap basis hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan
emulsi seperti krim dan lotion.
Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep
ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik
dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan adanya air.
2.
Fungsi Salep
Fungsi salep adalah :
a.
Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b.
Sebagai bahan pelumas pada kulit
c.
Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit
dengan larutan berair dan rangsang kulit ( Anief, 2005).
Persyaratan
Salep
Persyaratan salep menurut FI ed III
a. Pemerian tidak boleh berbau tengik.
b. Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang
mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.
c. Dasar salep
d. Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang
homogen.
e. Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar”
(Syamsuni, 2005).
3.
Sifat-Sifat Salep
Salep yang baik memiliki sifat – sifat sebagai
berikut :
a. Stabil : baik selama distribusi, penyimpanan,
maupun pemakaian. Stabilitas terkait dengan kadaluarsa, baik secara fisik
(bentuk, warna, bau, dll) maupun secara kimia ( kadar/kandungan zat aktif yang
tersisa ). Stabilitas dipengaruhi oleh banyak factor, seperti suhu, kelembaban,
cahaya, udara, dan lain sebagainya.
b. Lunak : walaupun salep pada umumnya digunakan
pada daerah/wilayah kulit yang terbatas, namun salep harus cukup lunak sehingga
mudah untuk dioleskan.
c. Mudah digunakan: supaya mudah dipakai, salep
harus memiliki konsistensi yang tidak terlalu kental atau terlalu encer. Bila
terlalu kental, salep akan sulit dioleskan, bila terlalu encer maka salep akan
mudah mengalir/meleleh ke bagian lain dari kulit.
d. Protektif : salap – salep tertentu yang
diperuntukkan untuk protektif, maka harus memiliki kemampuan melindungi kulit
dari pengaruh luar misal dari pengaruh debu, basa, asam, dan sinar matahari.
e. Memiliki basis yang sesuai : basis yang digunakan
harus tidak menghambat pelepasan obat dari basis, basis harus tidak
mengiritasi, atau menyebabkan efek samping lain yang tidak dikehendaki.
f. Homogen : kadar zat aktif dalam sediaan salep
cukup kecil, sehingga diperlukan upaya/usaha agar zat aktif tersebut dapat
terdispersi/tercampur merata dalam basis. Hal ini akan terkait dengan efek
terapi yang akan terjadi setelah salep diaplikasikan ( Saifullah, 2008 : 63, 64
).
Suatu dasar salep yang ideal mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
1.Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit
pada kulit tersebut.
2. Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan
kental.
3. Tidak merangsang kulit.
4. Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu
sekitar 6-7.
5. Stabil dalam penyimpanan.
6. Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
7. Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian
yang diobati.
8. Mudah dicuci dengan air.
9. Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin
macamnya.
10. Mudah diformulasikan/diracik
4.
kualitas Dasar Salep
Kualitas
dasar salep meliputi:
a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka
salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban
yang ada dalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan
seluruh produk menjadi lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit
yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah
yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus
kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep
tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas
obatnya pada daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi
merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan (Anief, 2005).
5.
Penggolongan Salep
Salep dapat digolongkan berdasarkan konsistensi,
bahan dasarnya, efek terapi dan formularium nasional antara lain:
1.
Menurut konsistensi, salep di bagi :
a) Unguenta : Salep yang memiliki konsistensi
seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan
b) Krim ( cream ): Salep yang banyak mengandung air,
mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c) Pasta : Salep yang mengandung lebih dari 50% zat
padat ( serbuk) berupa suatu salep tebal karena merupakan penutup/pelindung
bagian kulit yang diolesi.
d) Cerata Salep berlemak yang mengandung persentase
lilin ( wax) yang tinggi sehingga konsistensinya lebih keras ( ceratum labiale
).
e) Gelones / spumae/ jelly : Salep yang lebih halus,
umumnya cair , dan sedikit mengandung atau tidak mengandung mukosa ; sebagai
pelicin atau basis, biasanya berupa campuran sederhana yang terdiri dari minyak
dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum 10% dengan
air mendidih).
2.Menurut
sifat farmakologi / terapetik dan penetrasinya:
a) Salep epidermik ( epidermic ointment, salep
penutup)
Salep ini berguna untuk melindungi kulit, menghasilkan
efek lokal dan untuk meredakan rangsangan / anestesi lokal ; tidak diabsorbsi ;
kadang-kadang ditambahkan antiseptik atau astringent. Dasar salep yang baik
untuk jenis salep ini adalah senyawa hidrokarbon.
b) Salep endodermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh
melalui kulit, tetapi tidak melalui kulit ; terabsorbsi sebagian dan digunakan
untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah
minyak lemak.
c) Salep diadermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh
melalui kulit untuk mencapai efek yang diinginkan. Misalnya, salep yang
mengandung senyawa merkuri iodida atau belladona.
3.Menurut
dasar salepnya:
a) Dasar salep hidrofobik.
Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar
salepnya berlemak (greassy bases): tidak dapat dicuci dengan air. Misalnya,
campuran lemak-lemak , minyak lemak, malam.
b) Dasar salep hidrofilik.
Salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya
mempunyai dasar salep tipe o/w.
6.
Bahan Dasar Salep
Bahan Dasar Pembuatan salep
Salep dasar adalah zat pembawa dengan massa lembek,
mudah dioleskan, umumnya berlemak, dapat digunakan bahan yang telah mempunyai
massa lembek atau zat cair, zat padat yang terlebih dahulu diubah menjadi massa
yang lembek. Jika dalam komposisi tidak disebutkan salep dasar, maka dapat
digunakan vaselin putih. Jika dalam komposisi disebutkan salep dasar yang
cocok.
Pemilihan salep dasar yang dikehendaki harus
disesuaikan dengan sifat obatnya dan tujuan penggunaannya.
1. Salep
Dasar-I
Salep dasar –I umunya digunakan vaselin putih,
vaselin kuning, campuran terdiri dari 50 bagian Malam putih dan 950 bagian
vaselin putih, campuran terdiri dari 50 bagiian Malam kuning dan 950 bagian
vaselin kuning atau salep dasar lemak lainnya seperti minyak lemak nabati,
lemak hewan atau campuran Parafin cairr dan Parafin padat. Salep dasar-I sangat
lengket pada kulit dan sukar dicuci; agar mudah dicuci dapat ditambahkan
surfaktan dalam jumlah yang sesuai.
2. Salep
Dasar-II
Salep Dasar-II umumnya digunakan lemak bulu domba,
zat utama lemak bulu domba terutama kolesterol, campuran terdiri dari 30 bagian kolesterol, 30 bagian stearilalkohol,
80 bagian Malam putih dan 860 bagian vaselin putih, atau salep dasar sarap
lainnya yang cocok. Salep dasar-II mudah menyerap air.
3. Salep
Dasar-III
Salep dasar-III dapat digunakan ca,puran yang
terdiri dari 0,25 bagian Metil paraden, 0,15 bagian Propil parapen, 10 bagian
Natrium laurilsulfat, 120 bagian Propilenglikol, 20 bagian Sterilalkohol, 20
bagian vaselin putih dan air secukupnya hingga 1000 bagian, atau salep dasar
emulsi lainnya yang cocok. Salep dasar-III mudah dicuci.
4.Salep Dasar-IV
Salep dasar-IV dapat
digunakan campuran yang terdiri dari 25 bagian poliglikol 1500, 40 bagian
poliglikol 4000 dan propilenglikol atau gliserol secukupnya hingga 100 bagian,
atau salep dasar larut lainnya yang cocok.
Berdasarkan
komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut:
Dasar
salep hidrokarbon,yaitu terdiri dari antara lain:
- Vaselin putih,Vaselin kuning.
- Campuran
Vaselin dengan malam putih, malam kuning.
- Parafin
encer, Parafin padat.
- Minyak
tumbuh-tumbuhan
Dasar
salep serap, yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain:
- Adeps lanae
- Unguentum Simplex
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak
wijen Hydrophilic petrolatum 86 Vaselin Alba,8 Cera Alba,3 Stearyl alcohol, dan
3 kolesterol(IMO,52-53)
Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam dasar
salep,Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam
vaselin. Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah
dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar
salep mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan
sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin
dan bagian dasar salep yang lain. Champora dapat dihaluskan dengan tambahan
Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan
dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus fortiornya menguap.
Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah dicampur dan
digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit
(IMO,hal 55)
Salah satu macam salep adalah salep mata yang
digunakan pada mata. Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata,
memungkinkan difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas
obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat. Vaselin
merupakan dasar salep mata yang sering banyak digunakan. Beberapa dasar salep yang
dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut
dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar seperti
ini memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh
menyebabkan iritasi pada mata( Anonim,1995 : 12, 13 )
Salep mata harus mengandung bahan atau campuran
bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang
mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan;
kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat
baktriostatik. Bahan obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep berbentuk
larutan atau serbuk halus. Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril
pada waktu pengisian dan penutupan. Wadah salep harus tertutup rapat dan
disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama ( Anonim, 1995 : 12 ).
Sulfasetamid adalah senyawa antibakteri golongan
sulfonamide yang mempunyai spectrum luas dan banyak digunakan terhadap bermacam
– macam penyakit infeksi oleh kuman gram positif maupun negative, salahsatunya
pada infeksi mata yang disababkan oleh kuman – kuman yang peka terhadap
sulfonamide. Sulfasetamid merupakan sulfonamide aksi pendek yang mempunyai
aktivitas bakterisid ( Tjay, 2002 : 22 ).
7.
Cara Pembuatan
Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau
mensuspensikan obat ke dalam salep dasar.
Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu;
·
Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat
berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk fasa yang homogeny.
·
Metode Triturasi : zat yang tidak larut
dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan
penambahan sisa basis
Ketentuan lain;
Zat yang dapat larut dalam basis salep :(Camphora,
Menthol, Fenol, Thymol, Guaiacol)àmudah larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat
berkhasiat +sebagian basis (sama banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis
Zat yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila
masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka
obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air.
Salep yang dibuat dengan peleburan
- Dalam cawan porselen
- Salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan
tetapi diambil bagian lemaknya (air ditambahkan terakhir)
- Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran,
maka masa salep yang meleleh perlu
dikolir (disaring dengan kasa)àdilebihkan 10-20%
Cara
pembuatan salep ditinjau dari khasiat utamanya dapat dibagi menjadi beberapa
bagian:
·-Zat padat
a. Zat padat dan larut dalam dasar salep.
1. Camphorae
- Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan
didalam pot salet tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya).
- Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol.
Sesame), camphorae dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebut.
- Jika dalam resep terdapat salol, mentol, atau zat
lain yang dapat mencair jika dicampur
(karena penurunan titik eutektik), Camphorae dicampurkan supa mencair, baru
ditambahkan dasar salepnya.
- Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae
ditetesi lebih dahlu dengan eter atau alcohol 95%, kemudian digerus dengan
dasar salepnya.
2. Pellidol
- Larut 3%
dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya yang
dicairkan (jika dasar salep disaring, pellidol ikut disaring tetapi jangan lupa
harus ditambahkan pada penimbangannya sebanyak 20%).
- Jika pollidol yang ditambahkan melebihi daya
larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang sudah dicairkan.
3.
Lodium
- Jika kelarutannya
tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae
- Larutkan
daalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada Unguentum Iodii dari Ph. Belanda
V).
- Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru
ditambahkan dasar salepnya.
b. Zat padat larut dalam air
1. Protargol
2. Colargol
3. Argentums nitrat
(AgNO3)
Zat ini tidak boleh
dilarutkan dalam air karna akan meninggalkan bekas noda hitam pada kulit yang
disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.
4. Fenol
Fenol dalam salep tdak dilarutkan
karna akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit dan juga tidak boleh
diganti dengan penol liquidfactum.
c.
Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu:
1. Argentums nitrat
2. Fenol
3. Hydrargyri
bichloridum
4. Chrysarobin
5. Pirogalol
6. Stibii et kalii
tartrans
7. Oleum iocoris aselli
8. Zinc sulfat
9. Antibiotik (misalnya
penisilin)
10. Chloretum auripo
natrico
d. Bahan yang ditambahkan terakhir pada
suatu massa salep.
1.Ichtyol
2. Balsam-balsem dan
minyak yang mudah menguap
3. Air
4. Gliserin
5. Marmer album
e. Zat padat tidak larut dalam air Umumnya
dibuat serbuk halus lebih dahulu.
-Zat Cair (Sebagai pelarut bahan obat)
1. Air
- Terjadi reaksi
- Tak terjadi reaksi
2. Spiritus/etanol/alcohol
- Jumlah
sedikit
- Jumlah
banyak
3. Cairan kental Umumnya dimasukkan sedikit demi
sedikit. Contohnya: gliserin, pix lithantratis, pix liquida, balsam peruvianum,
ichtyol, kreosot.
-Bahan berupa ekstak/extraktum
a. Extraktum siccum/kering
b. Exractum spissum/kental
c.
Extractum liquidum
-Bahan-bahan lain :
a. Hydrargyrum
b. Naphtolum
c. Bentonit
Kerugian
Basis Hidrokarbon
sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada
pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan
kulit.
Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah
terhadap basis hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan
emulsi seperti krim dan lotion.
Ketentuan
umum cara pembuatan salep
1. Peraturan
salep pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam
campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.
2. Peraturan
salep kedua
Bahan-bahan yang dapat larut dalam
air, jika tidak ada peraturan-peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air,
asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruh nya oleh basis salep. Jumlah
air yang dipakai dikurangi dari basis.
3. Peraturan
salep ketiga
Bahan-bahan yang sukar atau hanya
sebagian dapat larut dalam lemak dan
air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40
4. Peraturan
salep keempat
Salep-salep yang dibuat dengan
jalan mencairkan. Campuran nya harus digerus sampai dingin.
8.
Metode Pembuatan Salep
Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu :
·
Metode Pelelehan
zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama
dan diaduk sampai membentuk fasa yang homogen
·
Metode Triturasi
zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis
yang akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan
dengan penambahan sisa basis
Ketentuan lain;
Zat yang dapat larut dalam basis salep
(Camphora, Menthol, Fenol, Thymol, Guaiacol)àmudah
larut dalam minyak lemak (vaselin)
Zat berkhasiat +sebagian basis (sama
banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis
Zat yang mudah larut dalam air dan stabil
Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat
larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan
dicampur dengan basis salep yang dapat
menyerap air,
Salep yang dibuat dengan peleburan
– Dalam cawan
porselen
– salep yang
mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya (air
ditambahkan terakhir)
– Bila
bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh perlu
dikolir (disaring dengan kasa)àdilebihkan 10-20%.
Masalah inkompatibilitas obat (tidak tercampurkannya
suatu obat),yaitu pengaruh-pengaruh yang terjadi jika obat yang satudicampurkan
dengan yang lainnya.
Inkompatibilitas
obat dapat dibagi atas 3 golongan :
1.Inkompatibilitas
terapeutik.
Inkompatibilitas
golongan ini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu dicampur/dikombinasikan
dengan obat yang lain akan mengalami perubahan-perubahan demikian rupa hingga
sifat kerjanya dalamtubuh (in vivo) berlainan daripada yang diharapkan.
Hasilkerjanya kadang-kadang menguntungkan, namun dalambanyak hal justru
merugikan dan malah dapat berakibat fatal.Sebagai contoh :Absorpsi dari
tetrasiklin akan terhambat bila diberikanbersama-sama dengan suatu antasida
(yang mengandungkalsium, aluminium, magnesium atau bismuth). Fenobarbital
dengan MAO inhibitors menimbulkan efek potensiasi daribarbituratnya. Kombinasi
dari quinine dengan asetosal dapatmenimbulkan chinotoxine yang tidak dapat
bekerja lagiterhadap malaria. Mencampur hipnotik dan sedatif dengankafein hanya
dalam perbandingan yang tertentu saja rasionil.Pun harus diperhatikan bahwa
mengkombinasikan berbagaiantibiotik tanpa indikasi bakteriologis yang layak
sebaiknyatidak dianjurkan
2. Inkompatibilitas
fisika.
Yang dimaksudkan di
sini adalah perubahan-perubahan Yang tidak diinginkan yang timbul pada waktu
obat dicampur satu sama lain tanpa terjadiperubahan-perubahan kimia. Meleleh
atau menjadi basahnya campuran serbuk.²Tidak dapat larut dan obat-obat yang
apabila disatukantidak dapat bercampur secara homogen.²Penggaraman (salting out).²Adsorpsi
obat yang satu terhadap obat yang lain.
3.Inkompatibilitas
kimia
Yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu
pencampuran obat yang disebabkanoleh berlangsungnya reaksi
kimia/interaksi.Termasuk di sini adalah : Reaksi-reaksi di mana terjadi senyawa
baru yang mengendap. Reaksi antara obat yang bereaksi asam dan basa. Reaksi
yang terjadi karena proses oksidasi/reduksi maupunhidrolisa.
Perubahan-perubahan warna.²Terbentuknya gas dll
Resep
standar sediaan salep
ACIDI SALYCYLICI SULFURIS UNGUENTUM
Salep Asam Salisitat Belerang
Komposisi
: Tiap 10 g mengandung :
Acidum
Salicylicum
: 200 mg
Sulfur : 400 mg
Vaselinum
album hingga : 10 g
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Dosis
: 3 sampai 4 kali sehari, dioleskan
Uraian Bahan
a. Acid
Salicylic
1. Nama
Latin : Acidum
Salycylicum
2.
Sinonim :
Asam Salisilat
3. Berat
molekul : 138,12
4. Rumus
kimia : C7H6O3
5.
Pemerian : Hablur
ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna
putih; hamper tidak berbau; rasa agak manis dan
tajam
6.
Kelarutan :
Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol
(95%) P; mudah larut dalam klorofrom P dan dalam
eter P;larut dalam ammonium asetat Pdinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat
Pdan natrium sitrat P.
7.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik.
8.
Khasiat :
Keratolitikum, anti fungi.
b. Sulfur
1. Nama
Latin : Sulfur Praecypitatum
2.
Sinonim :
Belerang endap
3. Berat
molekul : 32,06
4.
Pemerian :
tidak berbau tidak berasa
5.
Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah
larut dalam kardondisulpisa P,sukar larut dalam
minyak zaitun P, sangat sukar larut dalam etano (95%) P.
6.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik.
7.
Khasiat :
Penggunaan antiskabies
c.
Vaselin album
1. Nama
Latin : Vaselinum album
2.
Sinonim :
Vaselin putih
3.
Pemerian :
Massa lunak,lengket, bening, putih ;sifat ini
tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga
dingin tanpa diaduk.
4.
Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam air, dan dalam
etanol (95% ) P, larut dalam kloroform P, dalam eter
P dan eterr minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah
5.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik.
6.
Khasiat :
Penggunaan zat tambahan
Cara
Kerja Bahan Obat
- Asam salisilat adalah keratolitik agent yang
sangat poten sehingga dapat meningkatkan penetrasi obat lain dan sering
dikombinasikan dengan sulfur, bersifat antifungi dan antibakteri lemah. Asam
salisilat sebgai keratolitik agent dipakai dosis 12%, diharapkan dengan dosis
yang lebih tinggi dari Pagoda Salep sebelumnya ini akan memberika efek
keratolitik yang luat dan lebih efektif.
- Sulfur praecipitatum fungsi utamanya adalah
sebagai keratolitik agent yaitu suatu zat yang dapat menghilangkan sisik-sisik
kulit yang kasar atau melunakkan/menipiskan lapisan keratin, di samping itu
juga memiliki aktivitas antifungi dan antibakteri lemah. Sulfur sering
dikombinasikan dengan asam salisilat menghasilkan efek keratolitik yang
sinergis. Sulfur dipakai sebesar 10% adalah dosis yang optimal sebagai
keratolotik agent dan merupakan dosis maksimum untuk terapi scabies/kudis
sehingga akan mendapatkan hasil yang efektif.
- Menthol dan Champora berfungsi sebagai antiiritan
dan antipruriginosa (menghilangkan rangsang gatal).
- Keunggulan resep ini adalah salep kulit yang telah
mengalami perbaikan formulasi, dengan meningkatnya kadar Asam Salisilat menjadi
12% akan menjadikan salep ini lebih efektif dan mempercepat penyembuhan
penyakit kulit.
Pembahasan
Penyakit kulit yang diakibatkan bakteri dan jamur (dermatomikosis) adalah
penyakit kulit yang paling sering diderita oleh sebagian masyarakat yang hidup
di daerah tropis seperti di Indonesiahal ini sangat berkaitan dengan kebersihan
lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja sebagian besar bangsa Indonesia
di daerah berair atau lembab yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
jamur dan beberapa bakteri. Resep salep ini
adalah obat kulit topikal yang dapat memenuhi semua criteria
Dermatoterapeutika, yaitu pengobatan penyakit kulit di mana selain zat aktifnya
juga ada bahan pembantu sebagai anti bakteri, antijamur, keratolitik dan
antipruriginosa, bentuk sediaan dan cara aplikasinya sangat berperan dalam
kecepatan kesembuhan penyakit kulit ini yang diakibatkan bakteri dan jamur.
Kegunaan
Untuk mengobati penyakit kulit seperti: Gatal-gatal
di telapak tangan, kaki, selangkangan paha, kutu air, panu, kurap, kudis, yang diakibatkan bakteri atau
jamur.
9.
Keuntungan Salep
Keuntungan salep misalnya salep dengan dasar salep
lanonin yaitu, walaupun masih mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan,
tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar
salep berminyak.
10.
Pastae (Pasta)
Menurut FI. IV pasta
adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian topikal. Kelompok pertama dibuat dari gel fase
tunggal mengandung air, misalnya pasta Natrium karboksimetilselulose. Kelompok
lain adalah pasta berlemak misalnya pasta zinc oksida, merupaka alep yang
padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan
pelindung pada bagian yang diolesi.
Pasta berlemak ternyata
kurang berminyak dan lebih menyerap dibandingkan dengan salep karena tinggi
kadar obat yang mempunyai anifitas terhaap air. Pasta ini cenderung untuk
menyerap sekresi seperti serum dan
mempunyai daya penetrasi lebih rendah dari salep. Oleh karena itu pasta
digunakan untuk lesi akut yang cenderung membentuk kerak, menggelembung atau
mengeluarkan cairan.
Pasta gigi digunakan
untuk pelekatan pada selaput lendir untuk memperoleh efek lokal. Misalnya pasta
gigi Triamsinolon asetonida
Cara pemakaian dengan
mengoleskan lebih dahulu dengan kain kassa. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, wadah tertutup rapat,
atau tube.
Pembuatan pasta umumnya
bahan dasar yang membentuk setengah padat sebaiknya dicairkan terlebih dahulu
baru dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih mudah tercampur
dan homogen.
11.
Creamos (Krim)
Menurut FI. IV, krim
adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu tau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.. istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalm minyak atau minyak
dalam air.
Krim terdiri dari
emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan
untuk pemakaian komestka dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk
pemberian obat melalui vaginal.
Ada 2 tipe krim minyak
air (m/a) dan krim tipe air minyak (m/a). Peilihan zat pengemulsi harus
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki untuk krim tipe a/m
digunakan sabun monevalen seperti trietanolamin, natrium strearat, kalium
stearat dan ammonium streal selain itu dapat juga dipakai sebagai tween,
natrium laurilsulfat, kuning telur, gelatinum, cesainum, CMC, dan emulgidum.
Kestabilalan krim akan
terganggu/rusak jika sistem pencampurannya terganggu tertutama disebabkan oleh
perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu
fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampur satu sama lain.
Penyimpanan krim
dilakukan dalam wadah tertutup baik attau tube ditempat sejuk.
Penandaan pada etiket
juga harus tertera “obat luar”.
Pembuatan krim adalah
dengan melebur bagian berlemak diatas tangas air, kemudian tambahkan air dan
zat pengemulsi dalam keadaan sama-sama panas, aduk sampai terjadi sauatu
campuuran yang berbentuk krim.
12.
Gel (Jelly)
Gel merupakan sedian
semi padat yag terdiri dari susupensi yang dibuat dan partikel anorganik kecil
atau molekul organik besar. Terpenetrasi
oleh suatu cairan. Jika massa gel
terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, digolongkan sebagai sistem fase.
Dalam sistem 2 fase, jika ukuran partikel dan fase terdispersi relatif besar
dibuat magma. Baik gel maupun magma dapat bersifat tiksotporik, yaitu membentuk
massa yang semi padat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan, jadi
sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan
hal ini harus tertera pada etiket.
Gel dapat digunakan
untuk obat yang diberi secara topikal atau dimassukan dalam lubang tubuh.
Contoh Voltaren gel
Penyimpanan dalam wadah
tertutup baik, bermulut lebar dan melindungi cahaya dan di tempat sejuk.
13. Linimenta (Obat Gosok/Olesan)
Linimenta adalah
sediaan cair atau kental, mengandung analgetika atau zat yang mempunyai sifat
rubifasien, melemaskan otot atau menghangatkan dan digunakan sebagai obat luar.
Pemakaian linimenta dengan cara dioleskan menggunakan kain flannel lalu diurut.
Penyimpanan dalam botol
berwarna, bermulut kecil dan ditempat sejuk. Pada etiket juga tertera obat
luar. Linimenta tidak dapat digunakkan untuk kulit yang luka taupun lecet.
Cara pembuatan :
1.Mencampurkan seperti pada pembuatan
salep, Contohnya Linimen Gondopuro (FN)
2.Terjadi penyabunan
contohnya Linimen Amoniak dan Lotio Benzylis Benzoas (FN)
3.Terbentuk emulsi
contohnya Peruvianum Emulsum I dan I dan II (FN)
Daftar
Pustaka
Anief,
Moh. 2002. Ilmu Meracik Obat. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 53.
Anonim,
1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 12.
Farmakope
edisi III, Departemen Kesehatan RI tahun 1973
Anonim,
1978, Formularium Nasional, Edisi Kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Saifullah,
T.N, dan Rina Kuswahyuning, 2008, Teknologi dan Formulasi Sediaan
Semipadat,
Pustaka Laboratotium Teknologi Farmasi UGM, Yogyakarta. 59. 63. 64
Syamsuni,
2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta. Tjay, Tan Hoan , et all, 2000, Obat – Obat Penting, Elex Media
Computindo, Jakarta. 132.
Buku ilmu resep, Jakarta 2009.
Borgata Hotel Casino & Spa: Everything You Need to Know
BalasHapusBorgata Hotel 바카라 사이트 casinopan Casino & Spa in Atlantic City is your premier casino resort in the Marina District. Located in the Marina District, this high-end resort